Gapura masuk Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. (Foto: Eko/GW) |
Wartawan/ Editor : Eko Setiyo Budi
PONOROGO - gudang-warta.com - Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit, yang sejak dulu dikenal sebagai sentra pengrajin genteng dan bata merah, kini mulai merasakan dampak signifikan dari kehadiran alternatif material bangunan seperti Galvalum, Herbel, dan Batako.
Menurunnya permintaan genteng dan bata merah dari desa tersebut telah membuat para pengrajin kehilangan setengah dari pelanggannya.
Sekitar 50 Persen Sentra Industri Pengrajin Genteng Desa Wringinanom bertahan demi sumber penghidupan, meski pasar Industri sepi. |
Menurut Sutini, Kepala Desa Wringinanom, bahwasanya sekitar 50 persen pengrajin telah beralih profesi akibat lesunya pasar. Dari 700 pengrajin yang sebelumnya aktif, kini hanya setengahnya yang masih bertahan.
"Dulu, dalam sebulan pengrajin bisa membakar Tiga sampai Empat kali. Sekarang, sekali saja sudah bagus, bahkan kadang tidak ada pesanan sama sekali," ujar Sutini, Kamis (24/10/2024).
Meskipun bahan baku tanah liat masih melimpah di Wringinanom, persaingan dengan material yang lebih modern dan murah seperti Batako dan Galvalum telah menggerus usaha lokal tersebut.
Hal ini memaksa sebagian besar pengrajin beralih ke usaha lain, seperti beternak Lele atau menjadi petani Tembakau, demi menyambung hidup.
Macam model Genteng Wringinanom tersingkir dengan kehadiran alternatif material bangunan seperti Galvalum, Herbel, dan Batako. |
Sutini mengaku, bahwa tantangan terbesar adalah perubahan selera pasar yang membuat genteng dan bata merah semakin tersingkir.
Meski demikian, Ia dan pemerintah desa terus berupaya melakukan pemberdayaan masyarakat dengan menggelar pelatihan kerja agar mereka bisa beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang berubah.
"Nama Wringinanom sebagai desa pengrajin genteng dan bata merah sudah melegenda sejak dulu. Setiap orang yang ingin membangun rumah pasti mencari genteng dan bata dari desa ini. Kami berharap identitas itu tetap dipertahankan," ungkapnya.
Di tengah perubahan ini, Desa Wringinanom berusaha menemukan cara agar sektor kerajinan yang telah menjadi warisan turun-temurun ini tidak punah, sambil tetap mendukung warga untuk berinovasi dan mencari sumber pendapatan baru. (Eko/GW/Red)