Pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) Ponorogo di Kecamatan Sampung saat ini telah mencapai 70 persen. (Foto/ilustrasi) |
PONOROGO – gudang-warta.com – Progres pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) Ponorogo di Kecamatan Sampung saat ini telah mencapai 70 persen. Pembangunan yang memakan anggaran sebesar Rp. 76 Miliar dari APBD 1 dan APBD 2 tahun 2024 tersebut diharapkan selesai tepat waktu, yakni pada Desember 2024. Kendala cuaca menjadi satu-satunya hambatan dalam proses penaikan panel Reog yang menjadi bagian penting dari konstruksi bangunan ini.
Yessi Daniel Baskiro, PPkom Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo, menyatakan optimisme bahwasanya, target penyelesaian tetap bisa tercapai meskipun tantangan cuaca saat ini mempengaruhi beberapa tahapan pekerjaan. "Kami masih optimis pembangunan akan selesai sesuai jadwal, meskipun terkendala cuaca dalam beberapa hari terakhir," ungkap Daniel kepada awak media, Senin (7/10/2024).
Museum ini diharapkan menjadi simbol seni dan peradaban Reog Ponorogo yang selama ini menjadi warisan budaya penting bagi daerah. Selain sebagai pusat wisata budaya, museum ini juga dirancang untuk menampung berbagai peninggalan seni yang ada di Kabupaten Ponorogo.
Terkait isu pengunduran diri Yessi Daniel sebagai PPkom Dinas Pariwisata Ponorogo yang sempat mencuat belakangan ini, ia dengan tegas membantah kabar tersebut. "Itu tidak benar, mungkin karena saya akan pensiun pada September 2025, tapi bukan berarti saya mengundurkan diri saat ini. Isu tersebut jelas hoaks," jelasnya.
Pembangunan MRMP digadang-gadang menjadi pusat dokumentasi dan pelestarian seni Reog serta kekayaan budaya Ponorogo lainnya yang diharapkan mampu meningkatkan daya tarik wisata lokal maupun nasional. Sejauh ini, pemerintah daerah dan pihak kontraktor terus bekerja sama untuk memastikan pembangunan berjalan lancar.
Meski terkendala cuaca, Daniel menegaskan bahwa segala upaya akan dilakukan agar pembangunan museum ini selesai sesuai dengan target. Dengan selesainya museum ini, Ponorogo akan memiliki landmark budaya baru yang tidak hanya menambah daya tarik pariwisata, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal. (Eko/GW/Red)