Drs. H. Ipong Muchlissoni, Calon Bupati Ponorogo dalam wawancara eksklusif bersama Jawa Pos TV pada Senin, 7 Oktober 2024. (Foto: Istimewa) |
PONOROGO – gudang-warta.com – Dalam wawancara eksklusif bersama Jawa Pos TV pada Senin, 7 Oktober 2024, calon Bupati Ponorogo nomor urut 1, H. Ipong Muchlissoni, membagikan pandangannya mengenai motivasinya mencalonkan diri kembali sebagai bupati.
Dengan sikap tenang namun penuh keyakinan, Ipong mengungkapkan bahwasanya, langkah politiknya kali ini didorong oleh keinginan kuat untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat Ponorogo.
"Motivasi utama saya adalah untuk lebih bermanfaat bagi orang banyak. Dengan menjadi bupati, saya memiliki ruang lebih besar untuk melakukan perubahan yang nyata bagi masyarakat. Itu yang membuat saya kembali maju," ujar Ipong.
Namun, tak hanya soal motivasi, Ipong juga menyampaikan pandangannya terkait program dari pasangan calon nomor urut 2, Sugiri-Lisdyarita. Program unggulan pasangan tersebut yang menawarkan dana sebesar Rp10 juta per RT per tahun, menurut Ipong, menimbulkan tanda tanya besar soal sumber pendanaannya.
"Programnya bagus, tapi saat kampanye 2020 lalu, saya sempat bertanya dalam hati, 'Duitnya dari mana?'." kata Ipong sembari mengerutkan dahi, menekankan pentingnya transparansi dalam program.
Berkaca pada hal tersebut, Ipong menawarkan solusi yang menurutnya lebih realistis dan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di tingkat RT. Ia mengusung program dana RT sebesar Rp3 juta per tahun, yang akan diberikan secara tunai.
"Program Rp3 juta per RT per tahun ini saya rasa lebih sesuai dengan kondisi fiskal kita. Selain itu, dana ini akan diberikan secara tunai sehingga bisa langsung dipakai untuk mendukung kegiatan di lingkungan RT, seperti pengadaan fasilitas kebersihan, kegiatan sosial, hingga pemberdayaan masyarakat," jelasnya.
Di sisi lain, Ipong juga berbicara mengenai dukungan politik yang ia terima dari tiga partai, yakni Partai Nasdem, PAN, dan PBB. Dengan dukungan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kompetitornya, ia justru melihat hal ini sebagai keuntungan dalam hal koordinasi politik.
"Koordinasi dengan tiga partai pendukung ini lebih mudah dan terarah. Beda ceritanya kalau ada banyak partai, koordinasinya bisa lebih kompleks, meskipun pada akhirnya semuanya tergantung pada cara memanagenya. Tapi ya memang lebih sulit kalau partainya banyak," ujarnya sambil tersenyum tipis.
Ipong berharap, melalui wawancara ini, masyarakat Ponorogo dapat melihat program-programnya secara lebih jelas dan memahami arah kebijakan yang ia tawarkan. Ia menegaskan bahwa setiap langkah yang diambil dalam kampanyenya didasarkan pada prinsip kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
"Yang terpenting bagi saya adalah bagaimana kita bisa memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Ponorogo butuh pemimpin yang bisa mengelola potensi yang ada secara efektif dan efisien," tutup Ipong. (Eko/GW/Red)